Minggu, 14 Desember 2008

Tanya kenapa?

Wah..wah.. Akhir-akhir ini saya sering liat berita di TV tentang kekerasan yang dilakukan para guru kepada muridnya, atau juga senior kepada juniornya. Penyebabnya sepele, gara-gara tidak mengerjakan ujian dan pr,atau tidak memperhatikan. Tindakan yang diambil bukannya dengan cara yang lembut, tapi langsung saja menjurus kepada kekerasan fisik. Dengan alasan mendidik mereka menganggap itu adalah hal yang normal. Apakah tidak ada cara lain untuk mendidik siswa tanpa kekerasan?(eh gila ya, sekarang guru jadi kayak preman, maen 'habek'aj).

Guru adalah seseorang yang mengajarkan kepada muridnya tentang sesuatu yang mereka tidak tau. Mendidik dengan penuh keikhlasan, panutan siswa. Dan pengganti orang tua kita. Tapi, sekarang seakan ternodai dengan ulah guru yang menghukum siswa dengan kekerasan, seperti tamparan, pukulan, dan 'ngadegungkeun' kepala. Apakah guru tersebut ingin memperoleh kewibawaan di mata siswa. Ya..walawpun seperti itu, tapi siswa itu menaruh segan karena kejelekan, dan kekerasannya, bukan segan karena kebaikan atau ketulusan mereka. Apakah ini sudah menjadi budaya?
Memang banyak sekali kita jumpai di sekitar kita, seorang guru, dan senior yang menganggap kekerasan adalah cara tepat untuk menegakkan kedisiplinan. Terutama kegiatan para senior yang mendidik juniornya agar menjadi disiplin. Dari hasil pengamatan, para senior itu melakukan aksinya secara terjadwal atau dalam suatu forum tertutup. Mencari-cari kesalahan walawpun sepele, mereka tak pernah mau mengerti alasan para juniornya. Sekali mereka berbicara langsung tampar, padahal seniornya sendiri yang menyuruh juniornya untuk memberikan alasannya. Yang pasti itu akan tetap terjadi. Budaya dalam diri mereka karena masa lalu mereka dan 'membalas dendam' kepada junior, begitupun seterusnya. Hufh..cape deh.. Tanya kenapa?

0 komentar: