Rabu, 03 Desember 2008

Kilas balik Ekonomi


Pada Juni 1997, Indonesia mulai mengalami krisis, karena Indonesia memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persedian mata uang luar yang besar lebih dari 20 miliar dolar, dan sektor bank yang baik. Banyak terdapat perusahaan Indonesia yang meminjam dolar AS. Memasuki juli 1997, otoritas moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari delapan persen sampai dua belas persen. Rupiah mulai terserang kuat pada bulan Agustus.
Pada 14 Agustus, pertukaran floating teratur ditukar dengan pertukaran floating bebas. Nilai rupiah merosot tajam, membuat Indonesia meminjam dana kepada IMF yang menyediakan paket bantuan sebesar 23 miliar dolar, meskipun krisis rupiah di mulai pada Juli dan Agustus, krisis ini menguat pada November ketika muncul devaluasi di musim panas pada neraca perusahaan.
Perusahaan yang meminjam dolar harus menghadapi biaya lebih besar yang menyebabkan penurunan rupiah, dan banyak yang bereaksi membeli dolar, hal ini menurunkan harga rupiah lebih jauh lagi. Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di negara ini. Pada Februari 1998, Presiden Soeharto memecat Gubernur Bank Indonesia, dan demonstrasi yang memaksa untuk menurunkan Presiden Soeharto, menyebabkan Soeharto dipaksa mundur pada pertengahan 1998 dan B.J. Habibie menjadi Presiden.

0 komentar: